Memang saya memiliki kebiasaan untuk melihat acara reality show betema sosial di televisi kalau kebetulan tidak ada kuliah. Biasanya rutinitas pulang kerja pukul 5 sore, kemudian di lanjut perkuliahan (yang kadang membuat saya pulang ke rumau cukup larut) cukup melelahkan badan dan pikiran saya. Tetapi kebetulan kemarin ada libur (bertepatan dengan tanggal merah), jadi saya dapat sedikit refreshing sembari kenikmati acara televisi kesukaan. Menayangkan tentang kehidupan seorang janda dengan anak laki-laki semata wayangnya, mereka bertahan dan menyambung hidup dengan berjualan keripik pisang. Sang Ibu yang mengolah pisang dengan alat sederhana untuk menjadi keripik pisang, dan si anak bertugas untuk menjajahkan keripik pisang itu tadi. Dengan tanpa memperdulikan rasa malu dan olokan dari sang teman, Rik (begitu anak lak-laki itu dipanggil) berjualan di sekolahnya ketika jam istirahat. Kehidupan dari keluarga ini sangat teramat sederhana, terbatas tetapi tetap bersyukur. Sangat mengesankan dan menyentuh hati, dimana kehidupan mereka jauh dari hingar bingar kemewahan seperti yang sering terlihat di acara sinetron Indonesia kebanyakan. Potret kehidupan kebanyakan masyrakat Indonesia sebenarnya (dalam garis kemiskinan dan jauh dari kata sejahtera) saya temui pada acara ini. Semangat untuk berjuang menghadapi kerasnya kehidupan, tolong menolong, kemandirian, kasih sayang dan tidak putus asa dalam mengejar cita-cita. Rik, seorang anak kecil (saya kira umurnya sekitar 9-10 tahun) sudah mengerti apa itu kerja, meneteskan air mata demi melihat bagaimana sulitnya sang Ibu mencari rejeki untuk mengisi perut, rela menggadaikan masa kecilnya (yang harusnya masih dipergunakan untuk bermain) dan rela menyisihkan uang tabungannya untuk lembeli serutan pisang untuk sangat. I think he so great, pola pikir anak kecil cukup peka dan penuh inisiatif untuk anak seumuran Rik (yang masih jarang saya temui anak seumuran SD seperti itu). Rik juga memiliki cita-cita yang sangat mulia, yakni ingin menjadi dokter. Walaupun mungkin pasti banyak kesulitan yang ditemui Rik dan Ibunya, tapi paling tidak ada bantuan dan perhatian dari kita (terutama dari pemerintah) untuk kehidupan mereka. Mungkin kita tidak mengenal dan tidak tahu siapa mereka, tetapi paling tidak kita sesama masyrakat Indonesia sepatutnya memberi sedikit bantuan untuk kemandirian mereka. Peran pemerintah juga ditunggu (mengingat UUD negara ini juga menjamin kehidupan mereka), terutama aksi nyata dan kebijakan untuk mengentas kemiskinan di negara ini. Bukan sekedar data-data yang kadang terkesan 'bohong', tetapi turun ke lapangan dan melihat fakta secara langsung. Bukan tak terkira kalau masih banyak rumah tangga miskin yang lain seperti Rik dan Ibunya. Dan untuk Rik jangan cepat menyerah, nasibmu masih terlalu dini untuk ditangisi. Belajar dan bekerja yang rajin untuk mengejar cita-citamu, siapa tahu kelak kalian (anak-anak pinggiran yang sekarang kurang beruntung) dapat merubah dan memperbaiki negara bobrok dan pesakitan ini. Amieeen ...
No comments:
Post a Comment