Berhenti Jadi Buruh, Mulailah Jadi BOS !!!

   
   Beberapa hari belakangan ini kalau saya membaca surat kabar (baik via mobile maupun cetak), pasti banyak yang memampang tentang maraknya demo para buruh di berbagai kota. Mereka para buruh yang tergabung dalam kelompok-kelompok serikat buruh, melakukan konvoi di jalan-jalan (seperti di kota saya beberapa hari yang lalu), mensweeping buruh-buruh lainnya untuk ikut berdemo hingga bersama-sama menuju kantor bupati atau gubernur untuk sekedar berorasi dan mengungkapkan unek-unek mereka (dan tentunya melakukan aksi mogok kerja). Semuanya kembali atas nama keadilan dan kesejahteraan hidup para buruh.
   Memang tidak salah atas apa yang diperjuangkan oleh para buruh ini. Dilihat dari tingkat kesejahteraan sosial masih banyak kehidupan buruh yang tidak berkecukupan atau bahkan ada yang sangat kurang. Harga BBM yang mahal, harga SEMBAKO yang juga tinggi dan bahkan kebutuhan-kebutuhan lain yang harganya melangit (biaya kesehatan dan pendidikan). Mungkin ini yang membuat mereka menjerit dan menggerakkan untuk melakukan aksi demo tahunan ini.
   Tetapi disini masalahnya bukan hanya pada kesejahteraan buruh saja, angka yang dituntut oleh para buruh saya kira tidak realistis (buruh di provinsi DKI Jakarta bahkan menuntuh angka nominal UMP hingga 3,7 Juta !!). Apa tidak terlalu kebanyakan angka setinggi itu untuk membayar gaji buruh tiap bulan, yang menurut saya hanya berijasa (SMP-SMA) dan hanya bermodalkan otot (tenaga kasar). Misalkan pemprov menyetujui tuntutan para buruh tersebut, apakah ada jaminan mereka akan langgeng bekerja di pabrik atau perusahaannya yang sekarang ? Apakah mereka (para buruh) juga memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas mereka (baik formal, skill atau semangat kerja) yang tentunya dapat meningkatkan review bagi perusahaan ?
   Perusahaan pastinya memiliki kemampuan finansial yang berbeda-beda, ada perusahaan yang kuat (mungkin PMA atau BUMN) dan ada juga perusahaan yang biasa-biasa (perusahaan dengan modal terbatas). Disini tentunya perusahaan tidak serta merta mampu memberi upah sedemikian besarnya (misalkan tadi UMP 3,7 Juta), pastinya perusahaan akan melakukan pengurangan jumlah karyawan (buruh) secara besar-besaran untuk menyeimbangkan neraca dan juga efisiensi. Nah, terus bagaimana nasib para buruh yang terkena dampak PHK ini, mencari kerja tentu tidak semudah yang dibayangkan bukan. Yang kedua, jika pun ada yang bertahan (tidak kena PHK), tentunya perusahaan akan menuntut lebih kepada si karyawan (buruh). Bisa saja kerja makin keras, memiliki keahlian khusus atau mampu bekerja ganda (melakukan dua pekerjaan sekaligus). Kalau tidak mampu maka siap-siap hengkang, karena dibelakang para lulusan baru atau bahkan lulusan dengan pendidikan lebih tinggi (D3, S1 atau bahkan S2) akan masuk menggantikannya. Maka saya akan tidak bisa membayangkan, berapa banyak lagi jumlah pengangguran di negeri ini.
   Saya teringat kata-kata dari ayah saya, "kalau ingin hidup enak janganlah jadi seorang buruh, manajer atau bahkan PNS sekalipun. Yang bisa bikin kamu kaya ya cuma jadi seorang pengusaha". Dulu saya menanggapinya dengan lalu, semakin beranjak dewasa saya makin faham apa arti kata-kata ayah saya itu. Melihat realita yang ada, mencari pekerjaan susah, modal pintar saja tidak cukup tetapi harus punya skill, belum lagi kalau tidak punya kenalan atau koneksi di perusahaan itu. Yang terus semangat akan terus mencari, yang putus asa atau bahkan depresi akan menyerah dan pasrah digilas roda kehidupan. Satu-satunya oase adalah dengan menjadi sorang pengusaha, ya berjuang menafkahi hidup dengan kemampuan sendiri, berdikari atau istilah kerennya independent. Karena menurut saya ekonomi Indonesia harus berbasis kerakyatan, percaya kepada kemampuan sendiri (baik untuk mengolah sumber alam yang ada), teknologi padat karya yang mampu memberi manfaat untuk sekitar (masyarakat dan lingkungan). Insyaallah Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan stabil dalam ekonomi. Dan terakhir, tentunya semakin sedikit saudara-saudara saya yang mulai meninggalkan mental kuli (buruh), berani untuk berdiri tegak dengan kemapuan sendiri dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri tanpa bantuan investor (kaum kapitalis). Indonesia bisa, Indonesia hebat. MERDESA !!!

image sources : eg.baratamedia.com

No comments:

Post a Comment